Rabu, 09 Februari 2011

Renungan Malam Seorang Hamba Allah

Renungan Malam Seorang Hamba Allah Yang Lemah dan Penuh Dosa
(Curahan hati : Ikrimah Azzam Al-Hafizhi).

Malam Kian Larut. Aku masih terjaga. Terasa berat untuk memejamkan kedua mata ini. Ya, banyak sekali yang kufikirkan. Mulai dari kenangan masa lalu, rencana ke depan, ayah dan ibu, sanak family, teman-teman seperjuangan, sampai bidadari dambaan hati yang tak kunjung ada. Ah, entahlah. Aku jadi pusing.
1 Desember 2010, aku berada di negeri Porsea. Begitu indah dan dingin. Tiap malam tubuhku menggigil, hampir tidak bisa tidur. Paginya juga, sampai malas untuk bangun. Ya, ini cobaan dan tantangan dalam hidupku. Aku harus kuat dan sabar. Ini sudah menjadi pilihan dan keputusanku. Aku tidak ingin mengecewakan orang lain. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk ummat.
Awalnya aku ingin ke Banda Aceh. Berdakwah, mengajar, dan membantu pabrik air minum teman. Fasilitas tempat tinggal sudah disediakan, bahkan jika ingin membina rumah tangga akan diuruskan. Dengan bidadari yang bermata jeli.
Namun, Allah Ta’ala berkehendak lain. Tanpa tak direncakan dan terfikir dalam benakku untuk tinggal di daerah minoritas ini. Memang, ada keinginan untuk berdakwah dan bermukim di daerah yang minoritas muslim. Agar bisa bermanfaat dan efektif dalam penyampaian dakwah. Kenapa ? ya, karena usiaku masih muda. Banyak orang yang belum menganggap eksistensiku. Baik di Tebing, Medan, Apalagi di Jawa, gudangnya Ustad-ustad.
Sepertinya, aku harus belajar lagi. Kapan ya ? belum ada peluang dan kesempatan. Kemaren ketika di Medan sempat tertunda. Banyak kendala yang merintangi. Mungkin suatu saat nanti pasti akan terwujud. Aku ingin belajar lagi  ke Malaysia. Aku yakin, aku bisa. Meski, aku tidak punya banyak biaya. Namun, aku yakin dengan skill yang kumiliki. Paling tidak, aku bisa menjadi imam masjid di sana, ngajar bahasa Arab dan bahasa inggris, atau membuat buku untuk diterbitkan. Ah, mantap nampaknya.
Satu yang kurang. Dan ini tidak bisa ditunda begitu lama. Aku bukan malaikat, aku hanya manusia biasa yang mempunyai ketertarikan dengan kaum hawa. Aku ingin punya penerus perjuanganku meninggikan agama Islam yang mulia ini. Pernah aku bermimpi melihat anak kecil yang putih dan berparas tampan, ia memanggilku dengan sebutan ayah sambil berlari hendak memelukku. Apakah ini hanya bunga tidur atau hal yang akan terjadi dalam kehidupanku.
Adakah orang tua yang mengerti dengan keadaanku? Dengan mengikhlaskan anaknya untuk menjadi pendamping hidupku. Ya, aku bukan orang yang punya banyak harta dan aku memiliki banyak kekurangan. Aku bukan seperti nabi Yusuf ataupun nabi Muhammad.
Aku ingin seorang wanita yang usianya masih muda. Yang masih bersemangat untuk menuntut ilmu. Sehingga nantinya bersama-sama untuk terus belajar dan belajar, menghafal Qur’an, membangun rumah tangga yang qur’ani, mendidik anak-anak agar menghafal Al-Qur’an 30 juz tanpa harus dimasukkan ke pesantren.
Aku cemburu dengan tetanggaku. Aku ingin seperti dia. Meski sudah menikah, dia masih tetap bersemangat untuk terus belajar. Tahun kemaren dia baru selesai ngambil S2 di Australia. Dua tahun dia tinggal di negeri kangguru dengan istrinya. Sekarang dia sedang mengambil S3 di negeri pangeran Charles. Padahal banyak orang bilang, kalau aku tidak kalah cerdasnya dengan dia. Bedanya dia cerdas dalam ilmu umum, kalau aku dalam ilmu agama. Kalau dia dalam urusan dunia, kalau aku dalam urusan akhirat.
 Terbesit dalam benakku, berapa lama aku tinggal di sini ? 3 bulan, setahun, 3 tahun, 5 tahun, atau……………..? aku juga tidak tahu. Yang terpenting bagiku ingin memberikan yang terbaik untuk kaum muslimin yang disini. Aku tidak ingin hanya menjadi imam masjid dan membersihkan masjid saja. Aku ingin membina generasi muslim yang kuat dan berakhlak mulia, hafizh qur’an, pintar dan cerdas. Tidak hanya dalam ilmu agama saja, tapi juga ilmu umum. Karena merekalah nantinya yang merasakan kejayaan Islam.
Itu untuk anak-anaknya. Untuk orang tuanya, aku ingin agar para orang tua memiliki pemahaman aqidah yang benar dan mengamalkan sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan aqidah yang benar, akan terhindar dari perbuatan syirik, tahayul, khurafat, dan bid’ah. Dengan mengamalkan sunnah, akan ada kemuliaan. Hidup menjadi tenang dan damai. Bahagia di dunia dan akhirat.
Bukankah kalau kita melakukan syirik dosa kita tidak akan diampuni? Dan bukankah kalau kita melakukan perbuatan bid’ah amalan kita akan tertolak dan wajah kita akan hitam legam pada hari kiamat nanti ? jawabannya, tentu ya. Banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang menjelaskan hal itu.
Aku teringat dengan tausyiah syaikh Ali Luqom di Pesantren Tinggi Al-Islam Bekasi, Jawa Barat (Tempatku belajar dulu). Orang asli mesir yang menjadi dosen bahasa Arab di Universitas Al-Azhar. Ketika itu dia mengatakan bahwa amar ma’ruf (mengajak dalam kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah kemungkaran) itu ibarat seorang ibu yang melihat anaknya berada di atas genteng rumah. Tentu sang ibu akan ketakutan. Takut anaknya jatuh dan terluka.
Demikian juga kita. Kita seharusnya khawatir, kalau keluarga kita dan saudara-saudara kita terjerumus dalam jurang neraka. Kita berusaha untuk dapat menariknya dan menuntunnya menuju surga yang abadi. Orang yang melakukan perbuatan syirik dan bid’ah, hakikatnya sedang berdiri di tepi jurang nerakan jahannam. Maka kita harus segera mengingatkannya dan agar mereka meninggalkannya meski itu tidak sesuai dengan adat mereka.

inilah foto ku bersama anak-anak PMTPL . aku ingin mereka menjadi hafizh dan hafizhah Al-Qur'an, menjadi generasi terbaik ummat.



ini fotoku dengan Ketua PMTPL, bapak Mislan Saryawantana ketika acara pembagian Al-Qur'an untuk anak-anak tahfizh baitul Qur'an At-Taqwa sekaligus penstempelan buku-buku Taman Baca/Perpustakaan At-Taqwa yang baru diterima dari yayasan Ar-Risalah Al-Khoiriyah Deli Serdang.


  dan ini fotoku bersama para karyawan PMTPL sekaligus sesepuh masjid At-Taqwa. dari kiri ke kanan : Ust. Sudirman Darwis, Maulana Hadi Pranoto, Ust. Ikrimah Azzam Al-Hafizhi, Maulana Thamrin dan Buya Amrullah hafizhohumullah.


1 komentar:

  1. Terus berjuang ya Ustadz
    Semoga Alloh memberikan kemulyaan bagi Ustadz dan kita semua. Amien.

    Tulisan mengenai rezeki halal aku tunggu :)

    BalasHapus